Pendiri pondok pesantren "Khalifatullah Singo Ludiro" Mojolaban, Sukoharjo, KH. Agung Suprihadi Syuhada meninggal dunia Sabtu (26-08-2017) sekitar pukul 04.30 WIB di rumah beliau.
Hari sebelumnya tepat ulang tahun saya, Erlin Rahmawati (kakak perempuan tertua Alm.Agung Syuhada) menelpon istri beliau Hj. Lilis ingin pergi mengunjungi beliau untuk sesuatu urusan penting, tetapi Alm. tidak ada di rumah sedang pergi ke Jakarta dan akan pulang malam. (25-08-2017)
Selesai sholat subuh ibu saya (Erlin) memegang handphone lalu berdering keras dari Tante Lilis (panggilan dari saya) terdengar suara tangisan lalu tante memulai pembicaraan, seketika ibu saya menangis keras dan bilang,"Om Agung meninggal." saya dan kakak laki-laki kaget dan segera menuju kediaman beliau di Mojolaban sekitar pukul 05.30 WIB.
Tante Lilis mulai bercerita,"Tadi malam masih bisa bercandaan mbak jam 8 malam pulang dari Jakarta, tetapi ketika keesokan harinya tidur di sini (ruang utama) nyuruh si Mawar (panggilan untuk putri ke 2) ambil handuk basah karna dia (Alm.Agung) merasa panas lalu bajunya saya lepas dan saya ganti pakai sarung. Suami saya, mengeluarkan suara saya kira stroke, saya baca istighfar berulang kali. Kemudian saya sama adik pergi ke RS.Kustati ternyata sudah meninggal. Saya baru sadar kalau suara tadi adalah sakaratul maut. Kemarin dia jadi juri masak berarti untuk terakhir kalinya, Suami saya meninggal di tangan saya dan di sini (ruang utama) cuma berdua aja seperti orang pacaran."
Alm.Agung Syuhada meninggal dunia di rumah dan dibawa ke RS hanya untuk memastikan beliau saja, Apakah beliau masih hidup atau sudah meninggal dunia.
Lahir di Ngawi 23-3-1970, Meninggal pada usia 47 tahun di SKH
Pemakaman dilakukan pukul 14.00 WIB di samping rumahnya, beliau sudah menyiapkan sendiri sejak lama. Beliau juga sudah memberikan wasiat kepada keluarganya. Pemakaman dilakukan sambil menunggu anak ke-3nya (Fawwas) yang mondok di Ponorogo untuk pulang.
Sebelum meninggal dunia, Alm. seperti sudah memberikan tanda akan meninggalkan kami selamanya. Beberapa hari terakhir beliau ceramah sambil menangis dan bilang," Jadwal saya (ceramah) itu padat sekali." dan juga meminta ditemani oleh sang istri, anak, dan mantunya.
Beliau juga bilang,"Saya sudah ada kontrak ceramah sampai senin besok. Kalau sudah selesai besok senin saya mau rehat." Tetapi Allah SWT memiliki kehendak lain dan kami sebagai keluarga sudah mengikhlaskan. Apapun yang diberikan oleh Allah SWT adalah yang terbaik.
Pernah juga ibu saya bilang kepada beliau menyuruh untuk ceramahnya dibatasi karena menghawatirkan kesehatannya, Alm. bilang," Saya sebenarnya juga inginnya begitu mbak, tetapi setiap bulan saya harus mengeluarkan uang untuk pondok sekitar 45-50juta."
Ibunda Jokowi dan ke dua adik perempuan Presiden bersama Hj.Lilis
Alm. Agung selama ini di kenal sebagai guru mengaji keluarga Presiden. Sudah lebih dari 16 tahun ibunda Jokowi mengaji di tempatnya. Tak hanya ibunda Jokowi tetapi juga kedua adiknya juga sering menimba ilmu agama di ponpes yang ada di pinggir Sungai Bengawan Solo. Keluarga Presidenpun juga turut berduka cita.
Fawwas adalah anak ke-3 kebangga-an Alm. dialah yang diharapkan Alm untuk meneruskan jalan beliau. Fawwas bercerita kepada saya bahwa sudah beberapa hari yang lalu bermimpi soal Abi (panggilan Alm. dari sang anak) tiga kali mimpi dan yang terakhir fawwas bermimpi suasana pondok itu sedih terus.
Bagi keluarga, Alm. Agung Syuhada adalah sesosok kebanggaan kami, beliau bijaksana, humoris, dan jika marah selalu sambil tertawa, dan suka memberi serta rendah hati. Setahu saya sebagai ponakan terdekat, hidup beliau adalah untuk pondok yang dibangun di lingkungan pabrik miras (dulu). Dulu juga waktu kecil saya suka tidur di rumah beliau, makan di rumahnya, jadi saya sangat merasakan kehilangan salah satu paman terdekat saya.
Kemarin, setelah usia saya tepat 20 tahun dan keesokan harinya saya kehilangan (lagi) orang tersayang itu rasanya tidak bisa dijelaskan. Tapi, saya puas sudah melihat Alm mulai dari dimandikan , dikafani, disolatkan, hingga diantar ke peristirahatan untuk terakhir kalinya.
Terima kasih juga untuk kiriman "Papan Bunga Duka Cita" oleh banyak pihak yang tidak bisa disebutkan namanya satu-satu namun saya sudah memotret sebagian saja.
" KAMI BANGGA PADAMU SEBAGAI KELUARGA, MENCINTAI MU DENGAN TULUS, DAN TERUS MENDOAKAN MU ALM. AGUNG SYUHADA"
innalillahwainnailairoziun. semoga amal ibadanya diterima oleh yang maha kuasa amin..
ReplyDeleteAamiiin.... terima kasih sebelumnya
Deleteinnalillahwainnailairoziun. semoga amal ibadanya diterima oleh yang maha kuasa amin..
ReplyDeleteAamiiin.... terima kasih sebelumnya
DeleteSemoga amal ibadahnya diterima oleh allah.swt
ReplyDeleteAamiiin.... terima kasih sebelumnya
DeleteInalillahi wainailahirojiun
ReplyDelete